DUNIA PGSD

DUNIA PGSD

Jumat, 09 September 2016

Sintaksis dan Semantik



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Bahasa adalah sebuah sistem dalam kehidupan manusia sehari-hari yang berkaitan dengan susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau memiliki fungsi. Sistem bahasa ini dibentuk oleh sejumlah unsur atau komponen yang satu dengan lainnya berhubungan secara fungsional. Secara sistematis, bahasa merupakan pola-pola keteraturan yang membentuk suatu sistem yang tunggal yang dibentuk dari komponen-komponenya.
Pemahaman tentang sintaksis dan semantik bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa siswa, sehingga materi ini dapat menjadi modal awal bagi yang ingin menjadi pengajar bahasa Indonesia yang baik di SD. Karena dengan dikuasainya materi ini kita dapat memiliki kemampuan yang mendukung tugas dalam membimbing anak didik sehingga semakin mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Sintaksis Bahasa Indonesia?
2.      Apa yang dimaksud dengan Semantik Bahasa Indonesia?
3.      Apa sajakah contoh-contoh dari sintaksis dan semanti itu?

1.3    Tujuan
1.      Untuk mengetahui secara luas tentang sintaksis bahasa Indonesia.
2.      Untuk mengetahui secara luas tentang semantik bahasa Indonesia.
3.      Untuk mengetahui penerapan dan contoh dari semantik dan sintaksis bahasa Indonesia.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Sintaksis Bahasa Indonesia
2.1.1        Pengertian Sintaksis
Istilah sintaksis berasal dari bahasa Belanda syntaxis. Dalam bahasa Inggris digunakan istilah syntax. Sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase (Ramlan, 2001). Tidak berbeda dengan pendapat tersebut, Tarigan (1984) mengemukakan bahwa sintaksis adalah salah satu cabang dari tatabahasa yang menbicarakan struktur kalimat, klausa, dan frasa. Dalam sejarah linguistic terdapat beberapa analisis sintaksis, yaitu:
1.      Linguistik Tradisional
          Setiap kalimat dalam linguistik tradisional memiliki unsur yang disebut pokok kalimat, yaitu unsur yang merupakan tumpuan pembicaraan. Pokok kalimat ini akan diikuti oleh unsur yang disebut sebutan kalimat, yaitu unsur yang menyatakan apa dan bagaimana pokok kalimat itu. Lalu sebutan kalimat itu akan diikuti oleh sebuah pelengkap kalimat, yakni unsur yang melengkapi pokok dan sebutan kalimat itu. Pembagian kata dilakukan berdasarkan criteria makna dan menurut criteria fungsi. Mengenai kalimat majemuk, linguistic tradisional menyatakan bahwa kalimat majemuk adalah dua buah kalimat atau lebih yang digabung menjadi sebuah kalimat. Analisis kalimat dalam linguistic tradisional memeng memudahkan dalam memahami struktur kalimat, tetapi analisis ini belum dapat menerangkan struktur kalimat, karena prosesnya di dalam suatu paragraf menjadi tidak memiliki fungsi-fungsi kalimat secara lengkap seperti yang kini dikenal.

2.      Linguistik Struktural
          Analisisis linguistik struktural menggunakan tekhnik yang disebut Immediate Constituent Analysis. Teknik ini menyatakan bahwa setiap satuan ujaran terdiri atas dua unsure terdekat, atau dua unsur langsung yang membentuk satuan ujaran itu. Mengenai penentuan kategori kata, linguistik struktural sangat berpegang pada struktur atau posisi sebuah kata di dalam suatu konstruksi.
3.    Linguistik Generatif  Transformasi
Dikemukakan dan dikembangkan oleh Noam Chomsky (1957, 1965), menyatakan bahwa setiap kalimat yang ada dan pernah dibuat orang dapat dikembalikan pada pola kalimat dasarnya. Prinsip lain dalam linguistik generatif transformasi adalah bahwa sebelum dilakukan ujaran dalam bentuk struktur luar yang bersifat konkret, terlebih dahulu  kalimat itu disusun dalam bentuk struktur dalam yang bersifat abstrak. Mengenai criteria untuk membuat kategori kata, linguistik generatif tranformasi tidak berbicara apa-apa dan hanya menerima saja apa yang telah dibicarakan orang lain.
4.      Tata Bahasa Kasus
Tata bahasa kasus menganalisis kalimat dengan membagi struktur kalimat atas dua komponen yaitu modalitas dan proposisi. Analisis kalimat dalam tata bahasa kasus tidak jauh berbeda dengan analisis  linguistik generatif.
5.      Tata Bahasa Relasional
Dalam analisis ini ditampilkan adanya relasi di antara elemen-elemen yang ada dalam sebuah klausa atau kalimat.
6.        Analisis Tema dan Rema
Dalam analisis ini diasumsikan bahwa setiap kalimat terdiri dari dua bagian. Bagian pertama disebut tema dan bagian kedua disebut rema. Tema adalah bagian kalimat yang member informasi tentang apa yang dibicarakan, sedangkan rema adalah bagian yang memberi informasi tentang apa yang dikatakan tentang tema.
7.      Analisis Berdasarkan Gatra
Konsep gatra ini bertumpu pada analisis tema-rema, yakni setiap kalimat dibangun oleh dua buah satuan kalimat yang disebut gatra pangkal (setara dengan fungsi objek) dan gatra sebutan (setara dengan fungsi predikat). Analisis gatra ini memudahkan dalam memahami struktur kalimat, sebab inti gatra dan unsur - unsur lain yang tergantung padanya dengan mudah dapat dilihat.

2.1.2        Frase Bahasa Indonesia
Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Frase juga dapat disebut sebagai kelompok kata yang menduduki suatu fungsi (subjek, predikat, pelengkap, objek, dan keterangan) dan kesatuan makna dalam kalimat.
Ramlan (1981) membagi frase berdasarkan kesetaraan distribusi unsur -unsurnya ada dua jenis, yakni frase endosentrik dan frase eksosentrik.
1.      Frase Endosentrik
Frase ini distribusi unsur - unsurnya setara dalam kalimat. Terbagi atas tiga jenis:
a.    Frase endosentrik koordinatif
Yakni frase yang unsure-unsurnya setara, dapat dihubungkan dengan kata dan, atau, misalnya:
1)   Rumah pekarangan
2)   Kakek nenek
3)   Suami istri


b.    Frase endosentrik atributif
Yakni frase yang unsure-unsurnya tidak setara sehimgga tak dapat disisipkan kata penghubung dan, atau, misalnya:
1)        Buku baru
2)        Sedang belajar
3)        Belum mengajar
c.    Frase endosentrik apositif
Yakni frase yang unsurnya bisa saling menggantikan dalam kalimat tapi tidak dapat dihubungkan dengan kata dan dan  atau,  misalnya:
1)      Almin, anak Pak Darto   sedang membaca
2)      Amin, anak Pak Darto   sedang belajar

2.      Frase eksosentrik
Frase eksosentrik adalah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya, misalnya: di pasar, ke sekolah, dari kampung.
Frase ditinjau dari segi persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase terdiri dari:
a.         Frase verbal
Frase verbal adalah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya dan tidak merupakan klausa. Misalnya:
1)      Kapal laut itu sudah berlabuh
2)      Bapak saya belum pergi
b.        Frase nominal
Frase nominal adalah dua buah kata atau lebih yang intinya dari nominal atau benda dan satuan itu tidak membentuk klausa. Misalnya:
1)      Kakek membeli tiga buah layang-layang
2)      Amiruddin makan beberapa butir telur itik
c.         Frase ajektival
Frase ajektifal adalah satuan gramatik yang terdiri dari atas dua kata atau lebih sedang intinya adalah ajektival (sifat) dan satuan itu tidak membentuk klausa. Misalnya:
1)   Ibu bapakku sangat gembira
2)   Baju itu sangat indah
3)   Mobil ferozamu baru sekali
d.        Frase pronominal
Frase pronominal adalah dua kata atau lebih yang intinya pronomina dan hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat. Misalnya:
1)   Saya sendiri akan pergi ke pasar
2)   Kami sekalian akan berkunjung ke tator
3)   Kami semua akan pergi studi wisata di Tator
e.         Frase numeralia
Frase numeralia adalah dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat namun satuan gramatik itu intinya pada numeralia. Misalnya:
1)   Tiga buah rumah sedang terbakar
2)   Lima ekor ayam sedang terbang
3)   Sepuluh bungkus kue akan dibeli

2.1.3        Klausa Bahasa Indonesia
Klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat (Kridalaksana 1982:85). Pengertian yang sama dikemukakan oleh Ramlan (1981:62) yaitu klausa dijelaskan sebagai satuan gramatik yang terdiri atas P baik disertai S, O, PEL, dan KET atau tidak. Dengan ringkas klausa ialah (S) P (O), (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa apa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada boleh juga tidak ada.
Dari segi kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi Predikat terdiri atas klausa: nominal, verbal, bilangan dan depan. (Ramlan,1981).
1.    Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frasa golongan nomina. Misalnya:
a.    Ia guru IPA
b.   Yang dibeli pedagang itu kayu
2.      Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frasa kategori verbal, dan klausa verbal terbagi atas empat jenis, yakni:
a.    Klausa verbal yang ajektif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan verbal yang termasuk kategori sifat sebagai pusatnya. Misalnya:
1)   Rumahnya sangat luas
2)   Motornya sangat mahal
3)   Rumahnya indah sekali
b.   Klausa verbal intransitif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan kata kerja intransitif sebagai unsur intinya. Misalnya:
1)   Burung merpati sedang terbang di angkasa
2)   Adikku sedang bermain-main di lapangan
3)         Pesawat Lion Air belum mendarat di Lanud Hasanuddin
c.    Klausa verbal yang aktif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan verbal yang transitif sebagai unsur intinya. Misalnya:
1)        Ibuku sedang mencuci piring
2)         Pamanku sedang mengajarkan IPS
3)         Guru-guruku sedang mengikuti pelatihan PIPS
d.   Klausa verbal yang reflektif adalah klausa yang predikatnya dari kata verbal yang tergolong kata kerja reflektif. Misalnya:
1)        Mereka sedang mendinginkan diri
2)         Anak-anak itu sedang menyelamatkan diri
3)         Kakek Ady telah mengobati penyakitnya
e.    Klausa verbal yang resiprok adalah klausa yang pedikatnya dari kata golongan verbal yang termasuk kata resiprok. Misalnya:
1)      Mereka saling melempar batu karang
2)      Mereka tolong menolong di sungai
3)      Anak-anak iu ejek mengejek di sekolah
f.     Klausa bilangan adalah klausa yang predikatnya dari kata atau frasa golongan bilangan. Misalnya:
1)        Kaki meja itu empat buah
2)        Mobil itu delapan rodanya
3)        Rumah panggung itu dua puluh tiangnya
g.   Klausa depan adalah klausa yang predikatnya dari kata atau frasa depan yang diawali kata depa sebagai penanda. Misalnya:
1)        Baju dinas itu untuk pegawai pemda
2)        Mobil itu dari Amerika
3)        Makanan lezat itu buat adk-adikmu

2.1.4        Kalimat Bahasa Indonesia
1.      Pengertian Kalimat
Menurut ahli tata bahasa tradisional menyatakan kalimat adalah satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap. Misalnya, “Saya makan nasi.”
Sedangkan menurut Kridalaksana bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara reatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual dan potensial terdiri dari klusa. Misalnya, “Diam!”.
Intonasi final merupakan syarat penting dalam pembentukan sebuah kalimat dapat berupa intonasi deklaratif (yang dalam bahasa ragam tulis diberi tanda titik), intonasi interogatif (yang dalam bahasa ragam tulis diberi tanda tanya), intonasi imperatif (yang dalam bahasa ragam tulis diberi tanda seru). Tanpa intonasi final ini sebuah klausa tidak akan menjadi sebuah kalimat
Konjungsi dalam kalimat berklausa ganda, meskipun dikatakan boleh ada bila diperlukan tetapi sebaiknya digunakan untuk menghindari kesalah pahaman.
2.      Jenis Kalimat
a.       Jenis kalimat berdasarkan kategori klausanya:
1)        Kalimat verbal, kalimat yang predikatnya berupa verba atau frase verbal.
2)        Kalimat ajektifal, kalimat yang predikatnya berupa ajektifa atau frase ajektifal.
3)        Kalimat nominal, kalimat yang predikatnya berupa nomina atau frase nominal.
4)        Kalimat preposisional, kalimat yang predikatnya berupa frase proposional dan hanya digunakan dalam bahasa ragam nonformal.
5)        Kalimat numeral, kalimat yang predikatnya berupa numeralia dan hanya digunakan dalam bahsa aam nonformal.
6)        Kalimat adverbial, kalimat yang predikatnya berupa frase adverbial.
b.      Jenis kalimat berdasarkan jumlah klausanya:
1)        Kalimat sederhana, kalimat yang dibangun oleh sebuah klausa.
2)        Kalimat “bersisipan”, kalimat yang salah satu fungsinya “disisipkan”sebuah klausa sebagai penjelas.
3)        Kalimat majemuk ratapan, sebuah kalimat majemuk yang terdiri dari dua klausa atau lebih dimana fungsi klausanya yang dirapatkan karena merupakan substansi yang sama.
4)        Kalimat majemuk setara, kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih danmemiliki kedudukan yang setara.
5)        Kalimat majemuk bertingkat, kalimat yang terdiri dari dua buah klausa yang kedudukannya tidak setara.
6)        Kalimat majemuk kompleks, kalimat yang terdiri dari tiga klausa atau lebih yang didalamnya terdapat hubungan koordinatif (setara) dan juga hubungan subordinatif (bertingkat).
c.       Jenis kalimat berdasarka modusnya:
1)        Kalimat berita (deklaratif), kalimat yang berisi pernyataan belaka.
2)        Kalimat tanya (interogatif), kalimat yang berisi pertanyaan yang perlu diberi jawaban.
3)        Kalimat perintah (imperatif), kalimat yang berisi perintah dan perlu diberi reaksi berupa tindakan.
4)        Kalimat seruan (interjektif), kalimat yang menyatakan ungkapan perasaan.
5)        Kalimat harapan (optatif), kalimat yang menyatakan harapan atau keinginan.

2.2  Semantik Bahasa Indonesia
2.2.1   Pengertian Semantik
Kata semantik berasal dari bahasa yunani sema yang berarti “tanda” atau “lambang” kata kerjanya adalah semaino yang berarti menandai atau melambangkan. Semantik merupakan salah satu bagian dari ilmu bahasa, yang mengkaji tentang makna kata.


2.2.2   Diksi
Diksi adalah pilihan kata yang tepat untuk mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu. Diksi menyakut kecermatan dan ketelitian memilih sejumlah kata yang relatif sinonim dalam konteks tertentu sehingga dapat memberikan kesan yang khusus, estetis dan tepat. Kaitannya dengan diksi perlu dipahami dengan baik tentang perbedaan antara :
1.         Kata baku dan non baku
Kata baku ialah kata yang sesuai kaidah tata bahasa. Kata non baku ialah kata yang tidak sesuai dengan standar kaidah bahasa yang tepat
2.         Kata abstrak dan konkret
Kata abstrak adalah kata yang tidak mempinyai rujukan atau objek yang jelas secara inderawi, sedangkan kata konkret adalah kata yang rujukannya berupa objek yang dapat diserap panca indra atau nyata. Misalnya
Abstrak: kesehatan,keadilan,dsb.
Konkret: berdiskusi,buku, dll.
3.         Sinonim, antonim, homonim, homofon, homograf.
a.    Sinonim adalah kata yang tulisan dan lafalnya berbeda namun maknanya sama.
b.   Antonim adalah kata yang tulisan dan lafalnya berbeda serta maknanya berlawanan
c.    Homograf  adalah kata tulisanya sama tetapi ucapan dan maknanya berbeda
d.   Homofon adalah kata yang relatif sama bunyinya
e.    Homonim adalah kata yang tulisan dan ucapanya sama ,tetapi maknanya berbeda



2.2.3        Jenis-jenis makna
Jenis-jenis makna antara lain:
1.        Makna lesikal dan gramatikal
Makna lesikal adalah makna kata secara lepas tanpa ikatan dengan kata yang lainnya atau kata yang belum mengalami perulangan, misalnya makan, satu, mata, sedangkan makna gramatikal adalah makna baru yang timbul akibat terjadinya peristiwa gramatika (pengimbuhan, reduplikasi, atau pemajemukan), misalnya makanan, satu-satu
2.      Makna lugas dan makna kias
Makna lugas adalah makna yang acuannya cocok dengan makna dasarnya, misalnya kaki (alat berjalan). Sedang makna kias adalah makna yang acuannya tidak sesuai dengan acuan dasarnya, misalnya mata-mata (penyelidik).
3.      Makna denotatif dan konotatif
Makna denotatif adalah makna kata yang tidak mengandung nilai rasa (positif atau negatif), sedangkan makna konotasi adalah makna kata yang mengandung nilai rasa (positif atau negatif) misalnya pembantu, asisten, dan babu. Kata pembantu bermakna denotasi tetapi asisten dan babu bermakna konotasi positif dan negatif.                       









                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     
BAB III
PENUTUP
3.1  Simpulan
Penggunaan dan pemahaman tentang sintaksis serta semantik bahasa indonesia dalam pembelajaran bahasa indonesia mampu meningkatkan penerapan menulis kalimat dengan baik juga pemaknaan kata dengan tepat. Pengenalan terhadap frasa, klausa juga kalimat melati kreatifitas dalam membuat susunan kata dengan benar. Pengetahuan tetang diksi dapat mengenal makna dalam kata-kata dalam berbahasa

3.2  Saran
1.      Setelah memaparakan pengertian sampai dengan contoh sintaksis dan semantik bahasa indonesia maka diharapkan untuk dapat menerapkan penulisan setruktur kalimat dan pemahaman makna dengan baik
2.      Perlu ada pengenalan sintaksis dan semantik bahasa indonesia secara intensif kepada murid, agar sesuai perkemangan pesertadidik dapat mengetahui setruktur kalimat yang tepat dan pengetahuan makna yang luas.








DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul.2009. Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses.Jakarta:                     
       Rineka Cipta
Toifin, Ahmad.1994. Pandai Bahasa Indonesia.Demak: CV. Media Ilmu
Faisa, M. Dkk. 2009. Kajian Bahasa Indonesia SD 3 SKS. Jakarta: Departement                       
       Pendidikan
Resmini, Novi. Tanpa tahun. Unsur Semantik dan Jenis Makna.file.upi.edu/
       Direktori/DUAL-MODES/KEBAHASAAN.../BBM_8.pdf. Diakses pada
       tanggal 14 September 2012
Zuhdi, Mohammad. Tanpa tahun. Semantik dalam Bahasa Indonesia.
       bdksurabaya.kemenag.go.id/.../SEMANTIKDALAMBAHASAINDONESIA.
       Diakses pada tanggal 17 September 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar