BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa
adalah sebuah sistem dalam kehidupan manusia
sehari-hari yang berkaitan dengan susunan teratur berpola yang membentuk suatu
keseluruhan yang bermakna atau memiliki fungsi. Sistem bahasa ini dibentuk oleh
sejumlah unsur atau komponen yang satu dengan lainnya berhubungan secara
fungsional. Secara sistematis, bahasa merupakan pola-pola keteraturan yang
membentuk suatu sistem yang tunggal yang dibentuk dari komponen-komponenya.
Pemahaman
tentang sintaksis dan semantik bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa
siswa, sehingga materi ini dapat menjadi modal awal bagi yang ingin menjadi
pengajar bahasa Indonesia yang baik di SD. Karena dengan dikuasainya materi ini
kita dapat memiliki kemampuan yang mendukung tugas dalam membimbing anak didik
sehingga semakin mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sintaksis
Bahasa Indonesia?
2. Apa yang dimaksud dengan Semantik Bahasa
Indonesia?
3. Apa
sajakah contoh-contoh dari sintaksis dan semanti itu?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui secara luas tentang
sintaksis bahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui secara luas tentang
semantik bahasa Indonesia.
3. Untuk mengetahui penerapan dan contoh
dari semantik dan sintaksis bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sintaksis Bahasa Indonesia
2.1.1
Pengertian
Sintaksis
Istilah
sintaksis berasal dari bahasa Belanda syntaxis.
Dalam bahasa Inggris digunakan istilah syntax.
Sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan
seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase (Ramlan, 2001). Tidak berbeda
dengan pendapat tersebut, Tarigan (1984) mengemukakan bahwa sintaksis adalah
salah satu cabang dari tatabahasa yang menbicarakan struktur kalimat, klausa,
dan frasa. Dalam
sejarah linguistic terdapat beberapa analisis sintaksis, yaitu:
1.
Linguistik
Tradisional
Setiap
kalimat dalam linguistik tradisional memiliki unsur yang disebut pokok kalimat,
yaitu unsur yang merupakan tumpuan pembicaraan. Pokok kalimat ini akan diikuti
oleh unsur yang disebut sebutan kalimat, yaitu unsur yang menyatakan apa dan
bagaimana pokok kalimat itu. Lalu sebutan kalimat itu akan diikuti oleh sebuah
pelengkap kalimat, yakni
unsur yang melengkapi pokok dan sebutan kalimat itu. Pembagian kata
dilakukan berdasarkan criteria makna dan menurut criteria fungsi. Mengenai
kalimat majemuk, linguistic tradisional menyatakan bahwa kalimat majemuk adalah
dua buah kalimat atau lebih yang digabung menjadi sebuah kalimat. Analisis kalimat dalam
linguistic tradisional memeng memudahkan dalam memahami struktur kalimat,
tetapi analisis ini belum dapat menerangkan struktur kalimat, karena prosesnya
di dalam suatu paragraf
menjadi tidak memiliki fungsi-fungsi kalimat secara lengkap seperti yang kini
dikenal.
2.
Linguistik Struktural
Analisisis
linguistik
struktural menggunakan
tekhnik yang disebut Immediate
Constituent Analysis. Teknik ini menyatakan bahwa setiap satuan ujaran
terdiri atas dua unsure terdekat, atau dua unsur langsung yang membentuk satuan
ujaran itu. Mengenai
penentuan kategori kata, linguistik struktural
sangat berpegang pada struktur atau posisi sebuah kata di dalam suatu
konstruksi.
3. Linguistik Generatif Transformasi
Dikemukakan
dan dikembangkan oleh Noam Chomsky (1957, 1965), menyatakan bahwa setiap
kalimat yang ada dan pernah dibuat orang dapat dikembalikan pada pola kalimat
dasarnya. Prinsip lain dalam linguistik
generatif transformasi adalah
bahwa sebelum dilakukan ujaran dalam bentuk struktur luar yang bersifat konkret,
terlebih dahulu kalimat itu disusun
dalam bentuk struktur dalam yang bersifat abstrak. Mengenai criteria untuk
membuat kategori kata, linguistik
generatif tranformasi tidak
berbicara apa-apa dan hanya menerima saja
apa yang telah dibicarakan orang lain.
4. Tata Bahasa Kasus
Tata
bahasa kasus menganalisis kalimat dengan membagi struktur kalimat atas dua komponen
yaitu modalitas dan proposisi. Analisis
kalimat dalam tata bahasa kasus tidak jauh berbeda dengan analisis linguistik
generatif.
5. Tata Bahasa Relasional
Dalam
analisis ini ditampilkan adanya relasi di antara elemen-elemen yang ada dalam
sebuah klausa atau kalimat.
6.
Analisis
Tema dan Rema
Dalam
analisis ini diasumsikan bahwa setiap kalimat terdiri dari dua bagian. Bagian
pertama disebut tema dan bagian kedua disebut rema. Tema adalah bagian kalimat
yang member informasi tentang apa yang dibicarakan, sedangkan rema adalah
bagian yang memberi informasi tentang apa yang dikatakan tentang tema.
7. Analisis Berdasarkan Gatra
Konsep
gatra ini bertumpu pada analisis tema-rema, yakni setiap kalimat dibangun oleh
dua buah satuan kalimat yang disebut gatra pangkal (setara dengan fungsi objek)
dan gatra sebutan (setara dengan fungsi predikat). Analisis gatra ini memudahkan
dalam memahami struktur
kalimat, sebab inti gatra dan unsur - unsur lain yang
tergantung padanya dengan mudah dapat dilihat.
2.1.2
Frase
Bahasa Indonesia
Frase
adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi unsur klausa. Frase juga dapat disebut sebagai kelompok kata yang menduduki
suatu fungsi (subjek, predikat, pelengkap, objek, dan keterangan) dan kesatuan
makna dalam kalimat.
Ramlan
(1981) membagi frase berdasarkan kesetaraan distribusi unsur -unsurnya ada dua
jenis, yakni frase endosentrik dan frase eksosentrik.
1. Frase Endosentrik
Frase ini distribusi
unsur - unsurnya setara dalam
kalimat. Terbagi atas tiga jenis:
a. Frase endosentrik koordinatif
Yakni
frase yang unsure-unsurnya setara, dapat dihubungkan dengan kata dan, atau, misalnya:
1) Rumah pekarangan
2) Kakek nenek
3) Suami istri
b. Frase endosentrik atributif
Yakni
frase yang unsure-unsurnya tidak setara sehimgga tak dapat disisipkan kata
penghubung dan, atau, misalnya:
1)
Buku
baru
2)
Sedang
belajar
3)
Belum
mengajar
c.
Frase
endosentrik apositif
Yakni
frase yang unsurnya bisa saling menggantikan dalam kalimat tapi tidak dapat
dihubungkan dengan kata dan dan atau,
misalnya:
1)
Almin,
anak Pak Darto sedang membaca
2)
Amin, anak Pak Darto sedang belajar
2. Frase eksosentrik
Frase eksosentrik adalah frase yang tidak
mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya, misalnya: di pasar, ke
sekolah, dari kampung.
Frase
ditinjau dari segi persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata,
frase terdiri dari:
a.
Frase
verbal
Frase verbal adalah satuan bahasa yang terbentuk
dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya dan tidak merupakan
klausa. Misalnya:
1) Kapal laut itu sudah berlabuh
2) Bapak saya belum pergi
b.
Frase
nominal
Frase nominal adalah dua buah kata atau lebih
yang intinya dari nominal atau benda dan satuan itu tidak membentuk klausa. Misalnya:
1) Kakek membeli tiga buah layang-layang
2) Amiruddin makan beberapa butir telur
itik
c.
Frase
ajektival
Frase ajektifal adalah satuan gramatik
yang terdiri dari atas dua kata atau lebih sedang intinya adalah ajektival (sifat) dan satuan itu tidak membentuk
klausa. Misalnya:
1) Ibu bapakku sangat gembira
2) Baju itu sangat indah
3) Mobil ferozamu baru sekali
d.
Frase
pronominal
Frase pronominal adalah dua kata atau
lebih yang intinya pronomina dan hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat.
Misalnya:
1)
Saya
sendiri akan pergi ke pasar
2)
Kami
sekalian akan berkunjung ke tator
3)
Kami
semua akan pergi studi wisata di Tator
e.
Frase
numeralia
Frase numeralia adalah dua kata atau
lebih yang hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat namun satuan gramatik itu
intinya pada numeralia. Misalnya:
1) Tiga buah rumah sedang terbakar
2) Lima ekor ayam sedang terbang
3) Sepuluh bungkus kue akan dibeli
2.1.3
Klausa
Bahasa Indonesia
Klausa
adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri
dari subjek dan predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat (Kridalaksana 1982:85). Pengertian yang sama dikemukakan
oleh Ramlan (1981:62) yaitu klausa dijelaskan sebagai satuan gramatik yang
terdiri atas P baik disertai S, O, PEL, dan KET atau tidak. Dengan ringkas
klausa ialah (S) P (O), (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa apa yang
terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada boleh juga tidak
ada.
Dari segi kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi
Predikat terdiri atas klausa: nominal, verbal, bilangan dan depan.
(Ramlan,1981).
1.
Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frasa
golongan nomina. Misalnya:
a. Ia guru IPA
b. Yang dibeli pedagang itu kayu
2. Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya terdiri dari
kata atau frasa kategori verbal, dan klausa verbal terbagi atas empat jenis,
yakni:
a.
Klausa verbal yang ajektif adalah klausa yang predikatnya dari kata
golongan verbal yang termasuk kategori sifat sebagai pusatnya. Misalnya:
1)
Rumahnya sangat luas
2)
Motornya sangat mahal
3)
Rumahnya indah sekali
b. Klausa verbal intransitif adalah klausa yang predikatnya
dari kata golongan kata kerja intransitif sebagai unsur intinya. Misalnya:
1)
Burung merpati sedang terbang di angkasa
2)
Adikku sedang bermain-main di lapangan
3)
Pesawat Lion Air belum mendarat di Lanud Hasanuddin
c. Klausa verbal yang aktif adalah klausa yang predikatnya
dari kata golongan verbal yang transitif sebagai unsur intinya. Misalnya:
1)
Ibuku sedang mencuci piring
2)
Pamanku sedang mengajarkan IPS
3)
Guru-guruku sedang mengikuti pelatihan PIPS
d.
Klausa verbal yang reflektif adalah klausa yang predikatnya dari kata
verbal yang tergolong kata kerja reflektif. Misalnya:
1)
Mereka sedang mendinginkan diri
2)
Anak-anak itu sedang menyelamatkan diri
3)
Kakek Ady telah mengobati penyakitnya
e.
Klausa verbal yang resiprok adalah klausa yang pedikatnya dari kata
golongan verbal yang termasuk kata resiprok. Misalnya:
1)
Mereka saling melempar batu karang
2)
Mereka tolong menolong di sungai
3)
Anak-anak iu ejek mengejek di sekolah
f.
Klausa bilangan adalah klausa yang predikatnya dari kata atau frasa
golongan bilangan. Misalnya:
1)
Kaki meja itu empat buah
2)
Mobil itu delapan rodanya
3)
Rumah panggung itu dua puluh tiangnya
g. Klausa depan adalah klausa yang predikatnya dari kata
atau frasa depan yang diawali kata depa sebagai penanda. Misalnya:
1)
Baju dinas itu untuk pegawai pemda
2)
Mobil itu dari Amerika
3)
Makanan lezat itu buat adk-adikmu
2.1.4
Kalimat Bahasa Indonesia
1.
Pengertian Kalimat
Menurut ahli tata bahasa tradisional menyatakan kalimat
adalah satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap.
Misalnya, “Saya makan nasi.”
Sedangkan menurut Kridalaksana bahwa kalimat adalah
satuan bahasa yang secara reatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final
dan secara aktual dan potensial terdiri dari klusa. Misalnya, “Diam!”.
Intonasi final merupakan syarat penting dalam pembentukan
sebuah kalimat dapat berupa intonasi deklaratif (yang dalam bahasa ragam tulis
diberi tanda titik), intonasi interogatif (yang dalam bahasa ragam tulis diberi
tanda tanya), intonasi imperatif (yang dalam bahasa ragam tulis diberi tanda
seru). Tanpa intonasi final ini sebuah klausa tidak akan menjadi sebuah kalimat
Konjungsi dalam kalimat berklausa ganda, meskipun
dikatakan boleh ada bila diperlukan tetapi sebaiknya digunakan untuk
menghindari kesalah pahaman.
2.
Jenis Kalimat
a. Jenis kalimat berdasarkan kategori klausanya:
1)
Kalimat verbal, kalimat yang predikatnya berupa verba atau frase verbal.
2)
Kalimat ajektifal, kalimat yang predikatnya berupa ajektifa atau frase
ajektifal.
3)
Kalimat nominal, kalimat yang predikatnya berupa nomina atau frase nominal.
4)
Kalimat preposisional, kalimat yang predikatnya berupa frase proposional
dan hanya digunakan dalam bahasa ragam nonformal.
5)
Kalimat numeral, kalimat yang predikatnya berupa numeralia dan hanya
digunakan dalam bahsa aam nonformal.
6)
Kalimat adverbial, kalimat yang predikatnya berupa frase adverbial.
b. Jenis kalimat berdasarkan jumlah klausanya:
1)
Kalimat sederhana, kalimat yang dibangun oleh sebuah klausa.
2)
Kalimat “bersisipan”, kalimat yang salah satu fungsinya “disisipkan”sebuah
klausa sebagai penjelas.
3)
Kalimat majemuk ratapan, sebuah kalimat majemuk yang terdiri dari dua
klausa atau lebih dimana fungsi klausanya yang dirapatkan karena merupakan
substansi yang sama.
4)
Kalimat majemuk setara, kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih
danmemiliki kedudukan yang setara.
5)
Kalimat majemuk bertingkat, kalimat yang terdiri dari dua buah klausa yang
kedudukannya tidak setara.
6)
Kalimat majemuk kompleks, kalimat yang terdiri dari tiga klausa atau lebih
yang didalamnya terdapat hubungan koordinatif (setara) dan juga hubungan
subordinatif (bertingkat).
c. Jenis kalimat berdasarka modusnya:
1)
Kalimat berita (deklaratif), kalimat yang berisi pernyataan belaka.
2)
Kalimat tanya (interogatif), kalimat yang berisi pertanyaan yang perlu
diberi jawaban.
3)
Kalimat perintah (imperatif), kalimat yang berisi perintah dan perlu diberi
reaksi berupa tindakan.
4)
Kalimat seruan (interjektif), kalimat yang menyatakan ungkapan perasaan.
5)
Kalimat harapan (optatif), kalimat yang menyatakan harapan atau keinginan.
2.2 Semantik Bahasa Indonesia
2.2.1
Pengertian Semantik
Kata semantik berasal dari bahasa yunani sema yang berarti “tanda”
atau “lambang” kata kerjanya adalah semaino yang berarti menandai atau
melambangkan. Semantik merupakan salah satu bagian dari ilmu bahasa, yang
mengkaji tentang makna kata.
2.2.2
Diksi
Diksi adalah pilihan kata yang tepat untuk mengungkapkan
gagasan sehingga memperoleh efek tertentu. Diksi menyakut kecermatan dan
ketelitian memilih sejumlah kata yang relatif sinonim dalam konteks tertentu
sehingga dapat memberikan kesan yang khusus, estetis dan tepat. Kaitannya
dengan diksi perlu dipahami dengan baik tentang perbedaan antara :
1.
Kata baku dan non baku
Kata baku ialah kata yang sesuai kaidah tata bahasa. Kata
non baku ialah kata yang tidak sesuai dengan standar kaidah bahasa yang tepat
2.
Kata abstrak dan konkret
Kata abstrak adalah kata yang tidak mempinyai rujukan
atau objek yang jelas secara inderawi, sedangkan kata konkret adalah kata yang
rujukannya berupa objek yang dapat diserap panca indra atau nyata. Misalnya
Abstrak: kesehatan,keadilan,dsb.
Konkret:
berdiskusi,buku, dll.
3.
Sinonim, antonim, homonim, homofon, homograf.
a.
Sinonim adalah kata yang tulisan dan lafalnya berbeda namun maknanya sama.
b.
Antonim adalah kata yang tulisan dan lafalnya berbeda serta maknanya
berlawanan
c.
Homograf adalah kata tulisanya sama
tetapi ucapan dan maknanya berbeda
d.
Homofon adalah kata yang relatif sama bunyinya
e.
Homonim adalah kata yang tulisan dan ucapanya sama ,tetapi maknanya berbeda
2.2.3
Jenis-jenis makna
Jenis-jenis makna
antara lain:
1.
Makna lesikal dan gramatikal
Makna lesikal adalah makna kata secara lepas tanpa ikatan
dengan kata yang lainnya atau kata yang belum mengalami perulangan, misalnya
makan, satu, mata, sedangkan makna gramatikal adalah makna baru yang timbul
akibat terjadinya peristiwa gramatika (pengimbuhan, reduplikasi, atau
pemajemukan), misalnya makanan, satu-satu
2.
Makna lugas dan makna kias
Makna lugas adalah makna yang acuannya cocok dengan makna
dasarnya, misalnya kaki (alat berjalan). Sedang makna kias adalah makna yang
acuannya tidak sesuai dengan acuan dasarnya, misalnya mata-mata (penyelidik).
3.
Makna denotatif dan konotatif
Makna denotatif adalah makna kata yang tidak mengandung nilai rasa (positif
atau negatif), sedangkan makna konotasi adalah makna kata yang mengandung nilai
rasa (positif atau negatif) misalnya pembantu, asisten, dan babu. Kata pembantu
bermakna denotasi tetapi asisten dan babu bermakna konotasi positif dan
negatif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Penggunaan
dan pemahaman tentang sintaksis serta semantik bahasa indonesia dalam
pembelajaran bahasa indonesia mampu meningkatkan penerapan menulis kalimat
dengan baik juga pemaknaan kata dengan tepat. Pengenalan terhadap frasa, klausa
juga kalimat melati kreatifitas dalam membuat susunan kata dengan benar.
Pengetahuan tetang diksi dapat mengenal makna dalam kata-kata dalam berbahasa
3.2 Saran
1.
Setelah memaparakan pengertian sampai dengan contoh sintaksis dan semantik
bahasa indonesia maka diharapkan untuk dapat menerapkan penulisan setruktur
kalimat dan pemahaman makna dengan baik
2.
Perlu ada pengenalan sintaksis dan semantik bahasa indonesia secara
intensif kepada murid, agar sesuai perkemangan pesertadidik dapat mengetahui
setruktur kalimat yang tepat dan pengetahuan makna yang luas.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul.2009. Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan
Proses.Jakarta:
Rineka Cipta
Toifin, Ahmad.1994.
Pandai Bahasa Indonesia.Demak: CV.
Media Ilmu
Faisa, M. Dkk.
2009. Kajian Bahasa Indonesia SD 3 SKS.
Jakarta: Departement
Pendidikan
Resmini, Novi.
Tanpa tahun. Unsur Semantik dan Jenis Makna.file.upi.edu/
Direktori/DUAL-MODES/KEBAHASAAN.../BBM_8.pdf.
Diakses pada
tanggal 14 September 2012
Zuhdi, Mohammad. Tanpa
tahun. Semantik dalam Bahasa Indonesia.
bdksurabaya.kemenag.go.id/.../SEMANTIKDALAMBAHASAINDONESIA.
Diakses pada tanggal 17 September 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar