DUNIA PGSD

DUNIA PGSD

Jumat, 09 September 2016

Fonologi, Morfologi, Sintesis




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bahasa hadir dimana-mana, mengantarai hubungan kita dengan orang lain. Jelaslah bahwa masyarakat tidaklah mungkin tanpa bahasa. Demikian terbiasanya dengan bahasa hingga manusia cenderung menganggapnya biasa-biasa saja. Banyak orang, bahkan yang berpendidikan sekalipun, kurang memahami hakikat yang sebenarnya. Secara berangsur-angsur, para ilmuwan bahasa semakin menghayati alat komunikasi yang ampuh ini. Penting penghayatan akan bahasa ini banyak alasannya, diantaranya banyak persoalan tentang bahasa, ada masalah yang berkaitan dengan disiplin ilmu, dan pengertian akan hakikat kodrat bahasa penting bagi siapa saja.Keanekaragaman struktur bahasa dan unsur-unsur kebahasaan merupakan sesuatu yang sangat komplek dan sulit dipahami.
Sekarang ini dalam kehidupan sehari-hari banyak masyarakat Indonesia yang memakai bahasa Indonesia, tetapi ucapan dari daerahnya terbawa, misalnya dengan intonasi Batak, Sunda, Jawa, atau Makasar. Hal tersebut dikarenakan kebiasaan dari kecil yang mengajarkan bahasa Indonesia dengan campuran bahasa daerahnya.
Mempelajari struktur morfologi dan fonologi bahasa Indonesia, dapat menjadikan pemahaman terhadap pemakainan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari, juga dapat bermanfaat dalam pembinaaan kemampuan bahasa siswa sehingga logat daerah tidak tercampur dengan bahasa Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut maka makalah ini berisi penjelasan lebih lanjut tentang struktur fonologi dan morfologi bahasa Indonesia.




B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian fonolog, morfologi, dan sintaksis bahasa indonesia?
2.      Apakah jenis struktur fonologi, morfologi,dan sintaksis bahasa indonesia?
3.      Bagaimanakah uraian tentang struktur fonologi, morfologi,dan sintaksis bahasa indonesia?

C.      Tujuan
4.      Mengetahui pengertian fonologi, morfologi, dan sintaksis bahasa indonesia.
5.      Mengetahui jenis struktur fonologi, morfologi, dan sintaksis bahasa Indonesia. 
6.      Mengetahui uraian tentang struktur fonologi, morfologi, dan sintaksis bahasa indonesia.














BAB II
PEMBAHASAN

A.    Struktur Fonologi
Fonologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya. Dengan demikian fonologi adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa.Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua bagian, yakni:
1.      Fonetik
Fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan.
Macam-macam fonetik :
a)    fonetik artikulatoris yang mempelajari posisi dan gerakan bibir, lidah dan organ-organ manusia lainnya yang memproduksi suara atau bunyi bahasa.
b)   fonetik akustik yang mempelajari gelombang suara dan bagaimana mereka didengarkan oleh telinga manusia.
c)    fonetik auditori yang mempelajari persepsi bunyi dan terutama bagaimana otakmengolah data yang masuk sebagai suara.
2.      Fonemik
Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi – bunyi bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna. Fonemik mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi-ujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsi untuk membedakan arti.
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung arti.
Fonemisasi adalah usaha untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna tersebut.
Fonem berbentuk bunyi. Misalkan dalam bahasa Indonesia bunyi /k/ dan /g/ merupakan dua fonem yang berbeda, misalkan dalam kata "cagar" dan "cakar". Tetapi dalam bahasa Arab hal ini tidaklah begitu. Dalam bahasa Arab hanya ada fonem /k/.
Sebaliknya dalam bahasa Indonesia bunyi /f/, /v/ dan /p/ pada dasarnya bukanlah tiga fonem yang berbeda. Kata provinsi apabila dilafazkan sebagai [propinsi], [profinsi] atau [provinsi] tetap sama saja.
Fonem tidak memiliki makna, tapi dapat membedakan makna. Misalnya saja fonem /l/ dengan /r/. Jika kedua fonem tersebut berdiri sendiri tidak akan ditemukan makna. Akan tetapi lain halnya jika kedua fonem tersebut di gabungkan dengan fonem lainnya seperti /m/, /a/, dan /h/, maka fonem /l/ dan /r/ bisa membentuk makna /marah/ dan /malah/. Bagi orang Jepang kata marah dan malah mungkin mereka anggap sama karena dalam bahasa mereka tidak ada fonem /l/.
Terjadinya perbedaan makna hanya karena pemakaian fonem /b/ dan /p/ pada kata tersebut. Contoh lain: mari, lari, dari, tari, sari, jika satu unsur diganti dengan unsur lain maka akan membawa akibat yang besar yakni perubahan arti.
Tabel di bawah ini akan menjelaskan tentang perbedaan antara fonem dan huruf.
Jumlah Fonem
Susunan Huruf
Jumlah Huruf
4
Adik
4
4
Ingat
5
4
Nyanyi
6
5
Pantai
6
           
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian antara fonem dan huruf (grafem) berbeda. Fonem adalah satuan kebahasaan terkecil sedangkan huruf sedangkan grafem adalah gambaran dari bunyi (fonem) dengan kata lain huruf adalah lambang fonem.

B.     Sistem Fonologi dan Alat Ucap
Dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada 32 buah fonem yang terdiri atas:
1.      fonem vocal (6 buah), yaitu /a/, /e/, /i/, /o/, /u/, / /.
Berdasarkan gerakan lidah ke depan dan ke belakang, vokal dibedakan atas :
a.       vokal depan, terdiri dari /i/ dan /e/,
b.       vokal tengah, terdiri dari /a/ dan / /,
c.       vokal belakang, terdiri dari /o/ dan /u/.
Berdasarkan tinggi rendahnya gerakan lidah, vokal dibedakan atas :
a.       vokal tinggi, terdiri dari /i/, dan /u/,
b.      vokal madya, terdiri dari /e/,/a/, dan /o/,
c.       vokal rendah, terdiri dari /a/.
Berdasarkan bundar tidaknya bentuk bibir, vokal dibedakan atas :
a.       vokal bundar, terdiri dari /a/, /o/, dan /u/,
b.      vokal tak bundar, terdiri dari /e/, /a/, dan /i/.
Berdasarkan renggang tidaknya ruang antara lidah, vokal dibedakan atas :
a.       vokal sempit, terdiri dari/ i/, dan /u/,
b.      vokal lapang, terdiri dari /a/, /e/, dan /o/.

2.      fonem diftong (3 buah), ialah /ay/, /oy/, /aw/.
3.      fonem konsonan (23 buah).
Klasifikasi konsonan dibedakan atas :
a.       Konsonan bibir (bilabial), terdiri dari /p/, /b/, dan /m/.
b.      Konsonan bibir gigi (labiodental), terdiri dari /f/, /v/, dan /w/.
c.       Konsonan gigi (dental), terdiri dari /t/, /d/, /s/, /z/, /l/, /r/, dan /n/.
d.      Konsonan langit-langit (palatal), terdiri dari /c/, /j/, /s/, /y/, dan /n/.
e.       Konsonan langit-langit lembut (velar), terdiri dari /g/, /k/, /x/, dan /j/.
f.       Konsonan pangkal (laringan), terdiri dari /h/.
Selain itu, klasifikasi lain konsonan adalah :
a.       Konsonan letupan atau eksplosif, apabila aliran udara tertutup rapat, konsonan yang dihasilkan adalah /p/, /t/, /c/, /k/, /b/, /d/, /j/, dan /g/.
b.      Konsonan gerseran atau spiran, apabila aliran udara masih bisa keluar dalam aliran yang demikian sempit, konsonan yang muncul adalah /f/, /s/, /z/, dan /x/.
c.       Konsonan sengau atau nasal, jika udara keluar sebagian melalui hidung, konsonan yang muncul adalah /m/, dan /n/.
d.      Konsonan lateral, kalau uadara yang keluar melalui bagian kiri dan kanan lidah serta mengenai alur gigi, konsonannya adalah /l/.
e.       Konsonan getar, bila terjadi letupan berturut-turut, konsonannya adalah /r/.
Ada juga yang dinamakan konsonan bersuara dan konsonan tak bersuara. Konsonan bersuara terjadi karena bergetarnya selaput suara: /b/, /m/, /w/, /d/, /n/, /z/, /j/, /g/, /x/, dan /y/, sedangkan yang tidak besuara adalah konsonan yang terjadi tanpa bergetarnya selaput suara: /f/, /t/, /s/, /c/, /k/, /h/, /r/, dan /l/.

Fonem-fonem dihasilkan karena gerakan organ-organ bicara terhadap aliran udara dari paru-paru sewaktu seseorang mengucapkannya. Jika bunyi ujaran yang keluar dari paru-paru tidak mendapat halangan, maka bunyi atau fonem yang dihasilakn adalah vokal. Fonem yang dihasilkan tergantung beberapa hal berikut:
1.      posisi bibir,
2.      tinggi rendahnya lidah, dan
3.      maju mundurnya lidah.
Alat ucap dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1.      Artikular
Artikular adalah alat-alat yang dapat digerakkan atau digeser ketika bunyi diucapkan.
2.      Titik Artikulasi
Titik Artikulasi adalah titik atau daerah pada bagian alat ucap yang dapat disentuh atau didekati. Beda artikulasi dan titik artikulasi adalah jika artikulator berada dibagian bawah rongga mulut, maka titik artikulasi berada di bagian atas rongga mulut.
Selanjutnya, jika bunyi ujaran ketika udara ke luar dari paru-paru mendapat halangan, maka terjadilah bunyi konsonan. Halangan yang dijumpai mecam-macam, ada halangan yang bersifat seluruhnya, dan ada pula yang sebagian, yaitu menggeser atau mengadukkan arus suara sehingga menghasilkan konsonan bermacam-macam pula.

C.     Kedudukan Fonologi dalam Cabang-cabang Linguistik
Sebagai bidang yang berkonsentrasi dalam diskripsi dana analisis bunyi-bunyi ujar, hasil kerja fonologi berguna bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang-cabang linguistik yang lain, misalnya morfologi, sintaksis, dan semantik.
1.      Fonologi dalam cabang morfologi
Bidang morfologi yang konsentrasinya pada tataran struktur internal kata, sering memanfaatkan hasil studi fonologi, misalnya ketika menjelaskan morfem dasar {butuh} diucapkan secara bervariasi antara {butUh} dan {bUtUh}, serta {butuhkan} setelah mendapat proses morfologis dengan penambahan morfem sufiks {-kan}.
2.      Fonologi dalam cabang sintaksis
Bidang sintaksis yang berkonsentrasi pada tataran kalimat, ketika berhadapan dengan kalimat kamu berdiri. (kalimat berita), kamu berdiri? (kalimat tanya), dan kamu berdiri! (kalimat perintah), ketiga kalimat tersebut masing-masing terdiri dari dua kata yang sama, tetapi mempunyai maksud yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan memanfaatkan hasil analisis fonologis, yaitu intonasi, jedah, dan tekanan pada kalimat yang ternyata dapat membedakan maksud kalimat, tetutama dalam bahasa Indonesia.
3.      Fonologi dalam cabang semantic
Bidang semantic, yang berkonsentrasi pada persoalan makna katapun, memanfaatkan hasil telaah fonologi. Misalnya dalam mengucapkan sebuah kata dapat bervariasi, dan tidak. Contoh kata {tahu}, dan {tau} akan bermakna lain. Sedangkan kata duduk ketika diucapkan secara bervariasi {dudUk}, dan {dUdUk}, tidak membedakan makna. Hasil fonologislah yang membantunya.
D.    Struktur Morfologi
1.      Pengertian Morfologi
Menurut Verhaar (1984) morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian kata secara gramatikal. Sedangkan Kridalaksana (1984) berpandapat bahwa morfologi adalah a) bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya; b) bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata, yaitu morfem. M. Faisal (2009) menyatakan bahwa morfologi merupakan bagian dari tata bahasa, yang membahas tentang bentuk kata. Jadi morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara morfem yang satu dengan morfem yang lain untuk membentuk sebuah kata.
2.      Morfem
Sedangkan morfem adalah bentuk bahasa yang terkecil yang tidak dapat lagi dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, misalnya kata sutra jika dibagi menjadi su dan tra, bagian-bagian itu tidak dapat lagi disebut morfem karena tidak mempunyai makna. Demikian juga me- dan -kan tidak dapat dibagi menjadi bagian yang lebih kecil (Badudu, 1985).
Berdasarkan kriteria tertentu, kita dapat mengklasifikasikan morfem menjadi beberapa jenis. Penjenisan ini dapat ditinjau dari dua segi, yaitu hubungannya dan distribusinya (Samsuri, 1982; Prawirasumantri, 1985). Penjelasannya sebagai berikut :
a.       Ditinjau dari hubungannya
Terdiri dari :
1)      Hubungan struktur
Menurut hubungan struktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a)      Morfem yang bersifat adiktif (tambahan) adalah morfem-morfem umumnya terdapat pada semua bahasa, seperti pada urutanputra, tunggal, -nya, sakit. Unsur-unsur morfem tersebut tidak lain penambahan yang satu dengan yang lain.
b)      Morfem yang bersifat replasif (penggantian), yaitu morfem-merfem berubah bentuk atau berganti bentuk dari morfem asalnya. Perubahan bentuk itu disebabkan oleh perubahan waktu atau perubahan jumlah. Contoh morfem replasif ini terdapat dalam bahasa Inggris.
c)      Morfem bersifat substraktif (pengurangan), misalnya dalam bahasa Perancis, terdapat bentuk adjektif yang dikenakan pada bentuk betina dan jantan secara ketatabahasaan. Perhatikanlah bentuk-bentuk berikut !
Betina
Jantan
Arti
/fos/
/bon/
/sod/
/ptit/
/fo/
/bo/
/so/
/pti/
Palsu
baik
panas
kecil
2)      Hubungan posisi
Dilihat dari hubungan posisinya, morfem dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a)      bersifat urutan
Contoh morfem yang bersifat urutan terdapat pada kataberpakaian, yaitu /ber-/+/-an/. Ketiga morfem itu bersifat berurutan karena yang satu terdapat sesudah yang lainnya.
b)      bersifat sisipan
 Contoh morfem yang bersifat sisipan dapat dilihat dari kata /telunjuk/. Bentuk tunjuk merupakan bentuk kata bahasa Indonesia di samping telunjuk. Kalau diuraikan maka akan menjadi /t…unuk/+/-el-/.
c)      bersifat simultan
Morfem simultan atau disebut pula morfem tidak langsung terdapat pada kata-kata seperti /kehujanan/, /kesiangan/, dan sebagainya. Bentuk /kehujanan/ terdiri dari /ke…an/ dan /hujan/, sedangkan /kesiangan/ terdiri dari /ke…an/ dan /siang/. Bentuk /ke-an/ dalam bahasa Indonesia merupakan morfem simultan, terbukti karena bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk /kehujan/ atau /hujanan/ maupun /kesiang/ atau /siangan/. Morfem simultan itu sering disebut morfem kontinu (discontinuous morpheme).
b.      Ditinjau dari distribusinya
Ditinjau dari distribusinya, morfem dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1)      Morfem bebas
Menurut Santoso (2004), morfem bebas adalah morfem yang mempunyai potensi untuk berdiri sendiri sebagai kata dan dapat langsung membentuk kalimat. Dengan demikian, morfem bebas merupakan morfem yang diucapkan tersendiri; seperti: gelas, meja, pergi dan sebagainya. Morfem bebas sudah termasuk kata. Tetapi ingat, konsep kata tidak hanya morfem bebas, kata juga meliputi semua bentuk gabungan antara morfem terikat dengan morfem bebas, morfem dasar dengan morfem dasar. Jadi dapat dikatakan bahwa morfem bebas itu kata dasar.
2)      Morfem terikat
Menurut Santoso (2004), morfem terikat merupakan morfem yang belum mengandung arti, maka morfem ini belum mempunyai potensi sebagai kata. Untuk membentuk kata, morfem ini harus digabung dengan morfem bebas. Menurut Samsuri (1994), morfem terikat tidak pernah di dalam bahasa yang wajar diucapkan tersendiri. Morfem-morfem ini, selain contoh yang telah diuraikan pada bagian awal, umpanya: ter-, per-, -i, -an. Di samping itu ada juga bentuk-bentuk seperti – juang, -gurau, -tawa, yang tidak pernah juga diucapkan tersendiri, melainkan selalu dengan salah satu imbuhan atau lebih. Tetapi sebagai morfem terikat, yang berbeda dengan imbuhan, bisa mengadakan bentukan atau konstruksi dengan morfem terikat yang lain.
3.      Proses Morfologis
Prosese morfologis menurut Samsuri (1985) adalah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem satu dengan morfem yang lain.
Proses morfologis meliputi sebagai berikut :
a.       Afiksasi
adalah penggabungan akar kata atau pokok dengan afiks (Samsuri:1985). Macam-macam afiks adalah sebagai berikut:
1)      Prefiks (awalan), terdiri atas awalan pe(R)-, me(N)-, te(R)-, di-, be(R)-, dan pe(N)-.
2)      Infiks (sisipan), terdiri dari 3 macam, yaitu -el-, -em-, dan -er-.
3)      Sufiks (akhiran), bahasa Indonesia mendapatkan serapan asing seperti wan, wati, dan man. Akhiran asli terdiri dari -an, -kan, -i, dan -nya.
4)      Konfiks (imbuhan gabungan senyawa), adalah gabungan afiks yang berupa prefiks (awalan) dan sufiks (akhiran) yang merupakan satu afiks yang tidak terpisah-pisah. Mendapat imbuhan pe(R)-an, pe(N)-an, ke-an, dan be(R)-an.
b.      Reduplikasi
adalah proses pengulangan kata dasar baik keseluruhan maupun sebagian. Reduplikasi dalam bahasa Indonesia dibagi sebagai berikut :
1)      Kata ulang seluruh adalah perulangan bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak dengan proses afiks. Contoh : rumah menjadi rumah-rumah, orang menjadi orang-orang, dan meja menjadi meja-meja.
2)      Kata ulang sebagian adalah pengulangan sebagian morfem dasar, baik awal maupun bagian akhir morfem. Contoh : tatangga menjadi tetangga, luluhur menjadi leluhur, dan luluasa menjadi leluasa.
3)       Perulangan dengan perubahan fonem adalah morfem dasar yang diulang mengalami perubahan fonem. Contoh: gerak menjadi gerak-gerik, lauk menjadi lauk-pauk, sayur menjadi sayur-mayur, dan balik menjadi bolak-balik.
4)      Perulangan berimbuhan adalah perulangan bentuk dasar diulang secara keseluruhan dan mengalami proses pembubuhan afiks. Contoh: main menjadi bermain-main, lihat menjadi melihat-lihat, dan kuda menjadi kuda-kudaan.
4.      Makna Kata Ulang
Sesuai dengan fungsi perulangan dalam pembentukan jenis kata, makna struktural kata ulang menurut Keraf (1978) adalah sebagai berikut.
a.       Perulangan menggunakan makna banyak yang tak tentu. Perhatikan contoh berikut:
1)   Kuda-kuda itu berkejaran di padang rumput.
2)   Buku-buku yang dibelikan kemarin telah dibaca.
b.      Pengulangan mengandung makna bermacam-macam. Contoh:
1)   Pohon-pohonan perlu dijaga kelestariannya. (banyak dan bermacam-macam pohon).
2)   Daun-daunan yang ada di pekarangan sekolah sudah menumpuk. (banyak dan bermacam-macam daun).
3) Ibu membli sayur-sayuran di pasar. (banyak dan bermacam-macam sayur).
c.       Makna lain yang dapat diturunkan dari suatu kata ulang adalahmenyerupai atau tiruan dari sesuatu. Contoh:
1)      Anak itu senang bermain kuda-kudaan. (menyerupai atau tiruan kuda).
2)      Andi berteriak kegirangan setelah dibelikan ayam-ayaman. (menyerupai atau tiruan ayam).
d.      Mengandung makna agak atau melemahkan arti. Contoh :
1)      Perilakunya kebarat-baratan sehingga tidak disenangi oleh teman-temannya.
2)      Sifatnya masih kekanak-kanakan.
e.       Menyatakan makna intensitas. Makna intensitas terdiri dari:
1)      Intensitas Kualitatif, contohnya:
a)      Ia mondar-mandir saja Pukullah kuat-kuat.
b)      Anak itu belajar sebaik-baiknya.
2)      Intensitas kuantitatif, contohnya:
a)      Kuda-kuda itu berlari kencang.
b)      Anak-anak bermain bola di pekarangan rumah.
3)      Intensitas frekuantif, contohnya:
a)      Ia menggeleng-gelengkan kepala.
b)      sejak tadi.
f.       Perulangan pada kata kerja mengandung makna saling atau pekerjaan yang berbalasan.Contoh :
1)      Kita harus tolong-menolong.
2)      Saat pertama kali bertemu mereka bersalam-salaman.
g.      Perulangan pada kata bilangan mengandung makna kolektif. Contoh :
1)      Anak-anak berbaris dua-dua sebelum masuk kelas.






BAB III
PENUTUP

A.    SIMPULAN
Ruang lingkup sistem kebahasaan yang mengikat setiap bahasa relatif sama yaitu meliputi sistem fonologi (tata bunyi), morfologi (pembentukan kata), sintaksis (pembentukan kalmat). Fonologi merupakan bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa. Menurut hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya, fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik.
Morfologi mempelajari dan menganalisis struktur, bentuk, klasifikasi kata-kata. Dalam kajian morfologi dikenal istilah morferm yang didalamnya terdapat jenis dan klasfikasi dari morferm itu sendiri.
Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan. Tuturan dalam hal ini menyangkut apa yang dituturkan orang dalam bentuk kalimat atau wacana. Unsur bahasa yang termasuk di dalam sintaksis adalah kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana.

B.     SARAN
Sebagai seorang mahasiswa calon guru, pemahaman struktur fonologi dan morfologi Bahasa Indonesia perlu diperluas, karena selain dapat menjadi bekal dalam pemakaian Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari juaga dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa siswa.






DAFTAR PUSTAKA

Akhadiana M.K, Sabarti dkk. 1992. Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Faisal, M., .Kajian Bahasa Indonesia di SD. Jakarta : Balai Pustaka.
Hasan Alwi dkk. 2003. Tata Bahasa Baku  bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
[online] http://id.wikipedia.org/fonologi/bahasa_indonesia. (diunduh pada tanggal 15 september 2012)
[online] http://esteemje.blogspot.com/2007/12/fonem-bahasa-indonesia-html. (diunduh pada tanggal 15 september 2012)
[online] http://mallcom.wordpress.com/2007/08/01/belajar_fonologi_indonesia. (diunduh pada tanggal 15 september 2012)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar